Tuesday, November 16, 2021

.

 


"I spent a long time, wondering why you did what you did."

I tried to fix us, but you didn't even want to stay.

"Finally, I accepted what you did to me. either what I know or I don't hehe."

Terima kasih atas waktunya. Semoga engkau selalu dalam lindungan Allah yang maha besar, dijauhi dari segala maha bahaya serta dipermudah dalam segala urusan. Aamiin Allahuma Aamiin

Pontianak, 16th November 2021.

Friday, November 5, 2021

Di Dua Puluh Tiga

Pertama, maaf sedalam-dalamnya untuk diri sendiri, perihal gagal mengendalikan diri beberapa pekan terakhir. Cita-cita yang gagal diwujudkan dan impian yang seketika hilang. Lagi, maaf sedalam-dalamnya untuk kerabat dan sahabat, gagal mewujudkan apa yang kalian impikan untuk saya. Besar, tekad untuk membayar kepercayaan itu, suatu hari nanti.

Kedua, teruntuk diri sendiri yang hari ini berada di angka dua puluh tiga. Banyak yang diharapkan dan disemogakan. Tak malu mengakui, setelah terpuruk diakhir dua puluh dua. Angka dua puluh tiga, menuntut untuk bangkit dan kembali. Banyak pelajaran hidup yang dipelajari, akhir-akhir ini. Semoga, semakin menguatkan dan memotivasi diri untuk lebih baik dalam menjalin kehidupan.

Ketiga, terima kasih yang tak terhingga, untuk kerabat dan sahabat, yang selalu hadir untuk menemani, menyemangati, menghibur dan menguatkan. At the end of a storm, there's a golden sky. Di dua puluh empat, akan membaca kembali tulisan ini dengan versi terbaik diri ini.

Terakhir, lekas menemukan apa yang dicari dalam kehidupan ya, ji. Baik kebahagiaan, karir maupun menemukan the right person to love me the way I deserved. 

You deserved to be happy, ji.

Pontianak, 6 November 2021.

Sunday, February 14, 2021

Budaya Ngopi Masyarakat Pontianak

(© Instagram @feelingcoffee.pnk)

Sebuah Feature,

Tawa, canda serta ceria terlihat di sudut Kota Pontianak. Tak pandang umur. Muda-mudi, paruh baya hingga budak-budak duduk di meja panjang melepaskan penat. Mereka terlihat bertukar cerita, bersanda gurau serta melampiaskan asmara. Pemandangan yang damai di Ibu Kota Kalimantan Barat, Pontianak.

Pagi itu, jam menunjukan pukul 7. Warung-warung kopi terlihat merapikan meja serta kursi, menunggu tamu datang. Biasanya, para pekerja masuk pukul 8, tetapi ‘absen’ dulu di warung kopi pukul 7. Mereka menantikan racikan kopi yang mengubah hari mereka. Setelah menyeduh kopi yang hangat, mereka mulai membicarakan hal yang genting. Politik, ekonomi, sosial hingga budaya terdengar di meja 2x2. Serunya, warung kopi di Pontianak.

Pukul 10, matahari mulai terik menyinari kota Khatulistiwa. Waktu yang tepat untuk muda-mudi tiba. Datang bergelombol hingga lima. Duduk ditengah pusat perhatian, dengan kopi susu bersama mereka. Meja 2x2 terlihat sengit. Cakap skripsi, kuliah, guru yang digemari hingga keunikan teman sejawat. Lucunya mereka tertawa hingga lupa jam, hingga adzan terdengar berkumandang. Mereka lalu bubar.

Pukul 13, biasanya para pecinta game datang. Dengan menenteng smartphone disaku celana serta penyuara jemala disaku baju mereka. Meminta kabel panjang kepada pelayan, untuk mempertahankan daya smartphone, dikala betarung digital. Meja 2x2 kembali terlihat tegang, dikala berhadapan dengan musuh tertinggal dua. Sayangnya mereka kalah, es kopi pun dihabiskan. Tak ada yang marah, semua terlihat damai, Pontianak kita. 

Pukul 15 Setelah adzan, Muslim sudah menunaikan sholat, Nasrani pulang ibadah dari gereja, Budha-Khonghucu sudah menyembah dan Hindu selesai memuja. Mereka mencari racikan kopi yang tepat, menikmati senja di Pontianak. Semua terpelihara, harmoninya Pontianak, semua terjaga. 

“Es kopi susu tiga atas nama Zaki,” ucap Suci sambil memanggil pembeli. Suci merupakan peracik kopi yang handal milik Feeling kopi. Biji robusta dicampur dengan arabica. Digiling dalam wadah, dihancurkan hingga timbul bubuk. Dituangkan bubuk kedalam gelas, ditambahnya air hangat dan 120ml susu cair. Lalu dihidangkan. Primadona para pembeli. 100 gelas ludes pada akhir pekan.

Ketika malam tiba, semua harmoni kembali berkumpul. Paruh baya, muda-mudi, keluarga serta kerabut jauh turut tiba di meja 2x2. Semua bercampur, tak ada penggolongan ketika malam. Sebuah gaya hidup yang nyaman, tak dimiliki disemua kota. Hanya satu, Pontianak tercinta. (Iriansyah)