Hujan deras di subuh hari
Menghalangi cahaya matahari yang membutakan pagi
Dinginnya, menusuk tulang memasuki rongga nafas hingga meredam hasrat
Tak ada lalu lalang para wargakota termasuk kicauan mereka
Tidak ada teh hangat ataupun semangkuk sup
Hanya ada kopi hitam sepeninggalan dini hari
Kopi itu, terlalu mengerti perasaanku malam tadi
Pahitnya masih terasa hingga subuh ini
Ya, aku bercerita pada kopi itu
Tentang rasa kalah pada diriku
Kalah yang membuatku terdiam sejauh ini
Apakah ini akhir dari semua cerita kita ini
Pukul 6 pagi
Makin terasa amukan sang langit
Angin kencang menerpa kaca kaca untuk membangunkan setiap jiwa
Jiwaku sudah terbangun, tapi tidak dengan hatiku
Rian, 26 September 2016
Sunday, July 16, 2017
Wednesday, July 12, 2017
I miss you
Pagi ini, aroma kopi tercium segar
Pontianak terasa indah daripada Daerah Istimewa
Hujan deras dibalik awan hitam
Menyerang tanah dan semangat jiwa untuk menyantap sang kopi
Aku disini, semuanya terlihat beda
Bangunan milik belanda itu kini telah jatuh
Semua kini hanyalah bangunan mewah dan tinggi
Bangunan itu, sungguh klasik dan menyimpan rahasia
Kursi itu, dimana pernah ada kita
Kau tertawa lepas dan lupakan semua hal bodoh yang menyerang logikamu
Entah kenapa, Pontianak terasa begitu indah
Pontianak saat hujan begitu indah
Angin kesejukan menerjang dedaunan lalu melewati dada
Seperti kejutan dan denyutan jantung untuk berlari menghadapi sang hujan dan mengatakan
"Sial, kenapa tak aku katakan cinta saja waktu itu?"
Aku, aku tak berani. Aku pengecut yang ingin menang
Kopi hangat dan hujan deras
Akhir cerita itu kini berbeda
Tak bisa dipaksakan atau faktanya berbeda
Ya sudahlah, saya rindu anda
Rian, 12 Juli 2017.
Tuesday, June 27, 2017
Tempat itu
Angin malam dan tujuan tanpa arah
Jikalau mimpi tak berbanding lurus dengan harapan kenapa kau ambil jalan itu?
Pertanyaan bodoh dan tak selurus akal
Aku benar ada disini, kau yang salah
Aku tidaklah ingin menjadi orang seperti yang kau pikirkan
Persetan dengan diplomat dan Politik
Aku tak ingin menjadi orang besar lagi hebat
Aku hanya ingin memiliki sebuah cafe di tepi danau itu
Airnya tenang-angin nya syahdu dan alunan musik country
Pasti orang-orang akan senang dan lepas
Mereka lepaskan rasa kalah mereka
Dan aku merasa menang, aku orang biasa
Andaikan hidup semudah itu
Tidak-kah kau ingin bersama ku, hah?
Kita jalani hidup ini dengan mudah, jauh dari permasalahan orang bodoh di meja bendera berkibar
Tidak ada lagi lembar-lembar bodoh yang kutulis
kubimbing kau menyembah-Nya dengan rasa syukur seluas yang kau berikan, dan
Semua hanya cerita angin malam dan kopi pesanan mereka
Jika ini membuka matamu kalau kau dan aku berbeda
Maka, tinggali-lah aku. Lihat saja nanti
Rian, 10 Juni 2015
Sunday, June 25, 2017
Rasa Kalah
Pukul 2 pagi
Jauh dari hingar bingar dan teriakan
Kesunyian malam terasa begitu indah
Memanjakan hasrat untuk menulis indahnya dirimu
Dirimu yang selalu setia dipikiran
Langkah demi langkah membawaku ke tepian sungai
Jauh dari pemukiman, hanya ada aku dan tenang nya air sungai
Saat yang tepat untuk berteriak sekencang-kecangnya meluapkan rasa kalah
Kalah untuk mengusir dirimu yang setia di benak
Tak lelah kah kau memakan akal-ku?
Kenapa tak kau hukum aku dengan rasa kecewa yang mendalam?
Jikalau kau bukan untuk-ku, berhentilah melihatku seperti itu
Pukul 3 pagi, saatnya pulang
Rian, 6 November 2015
Malam
Siang melupakanmu dan malam merindukanmu
Hinggar bingar setelah senja dan aku yang menemukan mu seperti petualang tanpa arah
Aku katakan ada ratusan bintang diatas bola matamu
Lalu, kau tersenyum pulas seakan ini akan menjadi malam terakhir dalam hidupmu
Kuiringi malam indahmu bersama petikan gitar, dan
Dirimu mulai bernyanyi dengan emosional yang terikat selama ini
"Take my hand, take my whole life too. for i can't help fallin' in love with you"
Kau akhiri lagu bersama titisan air mata seakan aku menghujam inti jantungmu
Hingar binar malam telah berakhir
Tersisa kesunyian malam tanpa bintang
Kini, dirimu berdiri di balik jendela dengan harapan mimpi indah
Gelisah atau rindu tak bisa bedakan
Hasrat ingin berlari di jalanan sepi dan dingin
Jalan itu, jalan yang dapat membawamu kembali, Sudahlah, ini akan berakhir
Rian, 26 Desember 2016
Subscribe to:
Comments (Atom)




